Friday, 1 May 2009

Risalah Tokoh - Sayyid Sabiq


Tokoh kali ini adalah seorang ulama' agung mesir ketika zaman era kegemilangan jemaah al-Ikhwan al-Muslimin menapak dibumi ardhu kinanah ini. Kemunculannya membantu masyarakat umah ketika ini dengan memberikan impak yang besar dalam ilmu fekh khususnya agar ianya lebih berkembang sesuai dengan zaman era perkembangan islam dizaman ini.

Beliau adalah Syaikh Sayyid Sabiq rah, dilahirkan pada tahun 1915 H di Mesir dan meninggal dunia pada tahun 2000 M. Beliau merupakan salah seorang ulama' al-Azhar yang menyelesaikan kuliahnya di fakulti syari’ah. Kesibukannya dengan dunia feqah melebihi apa yang pernah dibuat oleh para ulama' al-Azhar yang lainnya. Beliau mulai menekuni dunia penulisan melalui beberapa majalah yang aktiv pada waktu itu, seperti majalah mingguan ‘al-Ikhwan al-Muslimun’. Dalam majalah ini, beliau menulis artikel ringkas mengenai ‘Feqah Thaharah.’ Dalam pengajiannya beliau lebih mengutamakan pada kitab-kitab feqh hadith yang menitikberatkan didalam permasalahan hukum seperti kitab Subulussalam karya ash-Shan’ani, Syarah Bulughul Maram karya Ibn Hajar, Nailul Awthar karya asy-Syaukani dan selainnya.

Syaikh Sayyid mengambil metode yang membuang fahaman fanatisme madzhab tetapi tidak menyelar fahaman berikut. Beliau berpegang pada dalil-dalil dari Kitabullah, as-Sunnah dan Ijma’, mempermudahkan gaya bahasa tulisannya untuk pembaca, menghindari istilah-istilah yang runyam, tidak memperlebar dalam mengemukakan ta’lil (alasan-alasan hukum), lebih cenderung untuk memudahkan dan mempraktikkannya demi kepentingan umat agar mereka cintakan agama dan menerimanya. Beliau juga gemar menjelaskan hikmah dari pembebanan syari’at (taklif) dengan meneladani al-Qur’an dalam memberikan alasan hukum.

Juzuk yang pertama dari kitab beliau yang terkenal adalah “Fiqih Sunnah” diterbitkan pada tahun 40-an di abad 20. Ia merupakan sebuah risalah dalam ukuran kecil dan hanya tertumpu dalam feqah thaharah. Pada mukaddimahnya terkandung kata-kata aluan oleh Syaikh Imam Hasan al-Banna yang memuji manhaj (metode) Sayyid Sabiq dalam penulisan, cara pengajian yang bagus dan berupayanya memberikan daya kepada orang mencintai bukunya itu.

Setelah itu, Sayyid Sabiq terus menulis dan dalam waktu berikutnya beliau telah mengeluarkan juzuk yang sama ukurannya dengan yang pertama sebagai sambungan dari buku sebelumnya hingga akhirnya telah berhasil menerbitkan 14 juz. Kemudian dijilidkan menjadi 3 jilid yang besar. Belaiu terus mengarang bukunya itu hingga mencapai selama 20 tahun seperti yang dituturkan salah seorang muridnya, Syaikh Yusuf al-Qardhawi.

Banyak ulama yang memuji buku karangan beliau ini yang dinilai telah memenuhi hajat perpustakaan Islam kerana feqh sunnah yang dikaitkan dengan madzhab feqh. Karena itu, majoriti kalangan intelektual yang belum memiliki komitmen pada madzhab tertentu atau fanatik terhadapnya akan kagum untuk membacanya. Jadilah buku tersebut sebagai sumber yang memudahkan mereka untuk merujuknya dan menyelesaikan pelbagai permasalahan feqh.

Buku itu kini sudah tersebar di seluruh pelusok dunia Islam dan telah dicetak beberapa kali tanpa keizinan pengarangnya. Tetapi, ada kalanya sebahgian fanatism madzhab mengkritik buku Feqh Sunnah dan menilainya sebagai mengajak kepada ‘tidak bermadzhab’ yang pada akhirnya menjadi jembatan menuju ‘ketidak seragaman.’

Sebahgian ulama menilai Sayyid Sabiq bukanlah termasuk penyeru kepada ‘tidak bermadzhab’ sekali pun beliau sendiri tidak komitmen pada madzhab tertentu. Alasannya, karana beliau tidak pernah mencela madzhab-madzhab feqh yang ada dan tidak mengingkari keberadaanya.

Sementara sebagian ulama yang lain, mengkritik buku tersebut dan menilai Syaikh Sayyid Sabiq sebagai orang yang terlalu bebas dan tidak memberikan feqh perbandingan sebagaimana kemestian di dalam mendiskusikan dalil-dalil naqli dan aqli serta melakukan perbandingan ilmiah di antaranya, lalu memilih mana yang lebih rojih (kuat) berdasarkan ilmu. Apa yang dinilai para penentangnya tersebut tidak pada tempatnya. Sebenarnya buku yang dikarang Sayyid Sabiq itu harus dilihat dari sisi untuk siapa ia menulis buku itu. Beliau tidak menulisnya untuk kalangan para ulama tetapi untuk majoriti kaum pelajar yang memerlukan buku yang mudah dan praktis, baik dari sigi format atau pun content (isi).

Di antara ulama yang mengkritik buku tersebut adalah seorang ulama hadith yang terkenal, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani yang kemudian menulis buku ‘Tamaamul Minnah Bitta’liq ‘ala Fiqhissunnah”. Kitab ini ibarat takhrij bagi hadith-hadith yang terdapat di dalam buku feqh sunnah.

Syaikh Sayyid Sabiq merupakan medium yang selalu mengajak agar umat bersatu dan merapatkan barisan. Beliau mengingatkan agar tidak berpecah belah yang dapat menyebabkan umat menjadi lemah. Beliau juga mengajak agar membentengi para pemudi dan pemuda Islam dari usaha upaya musuh Allah dengan membiasakan mereka dengan beramal islami, memiliki kepekaan, memahami segala permasalahan kehidupan serta memahami al-Qur’an dan as-Sunnah. Hal ini agar mereka terhindar dari perangkap musuh-musuh Islam.

Beliau juga pernah mengingatkan bahwa Israel adalah musuh utama umat ini yang selalu memusuhi kita secara berkesinambungan. Beliau pernah bertemu dengan salah seorang pengajar berasal dari Palestin yang bercerita kepada beliau, “Suatu kali saya pernah melihat seorang Yahudi sangat serius duduk menghafal Kitabullah dan hadith-hadith Rasulullah. Lalu saya tanyakan kepadanya, ‘Kenapa kamu melakukan ini.?’ Ia menjawab, ‘Agar kami dapat membantah kalian dengan argumentasi. Kalian adalah orang-orang yang reaktif dan sangat sensitif, karana itu kami ingin mengendalikan segala sensiviti kalian itu. Jika kami berdebat dengan kalian, kami akan menggunakan ayat-ayat dan hadits Nabi kalian. Kami juga akan menyebutkan sebagian permisalan dalam bahasa Arab yang mendukung permasalahan kami sehingga kalian bertekuk lutut terhadap seruan kami dan mempercayai kebenarannya.” (alsofwah.or.id)

0 comments:

Post a Comment

 

Type Risalah Copyright © 2008 Art Template by Rois's Blogger Template