Beliau bernama Rumaisha’, Ummu Sulaim binti Malhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundub bin Amir bin Ghanam bin ‘Ady bin Najjar al-Anshariyyah al-Khazrajiyyah.
Ummu sulaim adalah seorang wanita yang memiliki sifat keibuan dan kecantikan, dirinya dihiasi dengan ketabahan, kebijaksanan, dan lurus pemikiran, seorang wanita yang mempunyai kecerdasan berfikir, kefasihan serta berakhlak mulia, sehinggakan banyak cerita yang baik ditujukan kepada beliau dan setiap lisan yang memuji atasnya. Karena beliau memiliki sifat yang agung sehingga mendorong putra pamannya yang bernama Malik bin Nadlar untuk segera menikahinya. Dari hasil pernikahannya ini lahirlah Anas bin Malik, salah seorang shahabat yang agung.
Tatkala cahaya nubuwwah mulai terbit dan dakwah tauhid muncul sehingga menyebabkan orang-orang yang berakal cerdas dan memiliki fitrah yang lurus untuk bersegera menganuti Islam.
Ummu Sulaim adalah termasuk golongan pertama yang masuk Islam dari golongan Anshar. Beliau tidak mempedulikan segala kemungkinan yang akan menimpanya didalam masyarakat jahiliyah penyembah berhala yang telah beliau buang tanpa ragu.
Adapun halangan pertama yang harus beliau hadapi adalah kemarahan Malik suaminya yang baru saja pulang dari pemergian dan mendapati istrinya telah masuk Islam. Malik berkata dengan kemarahan yang memuncak, “Apakah engkau murtad dari agamamu?”. Maka dengan penuh yakin dan tegar beliau menjawab: ”Tidak, bahkan aku telah beriman”.
Suatu ketika beliau menuntun Anas (putra beliau) sembari mengatakan: “Katakanlah La ilaha illallah.” (Tidak ada ilah yang haq kecuali Allah). Katakanlah, Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah.” (aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah) kemudian Anas mau menirukannya. Akan tetapi ayah Anas mengatakan, “Janganlah engkau merusak anakku”. Maka beliau menjawab: “Aku tidak merosaknya akan tetapi aku mendidik dan memperbaikinya”.
Perasaan sangsi dengan dosa-dosanya menyebabkan Malik bin Nadlar menentukan sikap terhadap istrinya yang gagal menurutnya- keras kepala dan tetap berdegil berpegang kepada akidah yang baru, maka Malik tidak memiliki alternatif lain selain memberi khabar kepada istrinya bahwa dia akan pergi dari rumah dan tidak akan kembali hingga istrinya mau kembali kepada agama nenek moyangnya.
Manakala Malik mendengar istrinya yang tekad dan kuat karana teguh terhadap pendiriannya mengulang-ulangi kalimat “Ashadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, maka Malik pergi dari rumah dalam keadaan marah dan kemudian bertemu dengan musuh sehingga akhirnya dia dibunuh.
Ketika Ummu Sulaim mengetahui bahwa suaminya telah terbunuh, beliau tetap tabah mengatakan: “Aku tidak akan menyampih Anas sehingga dia sendiri yang memutusnya, dan aku tidak akan menikah sehingga Anas menyuruhku”.
Kemudian Ummu Anas menemui Rasulullah yang sangat dicintai dengan rasa malu kemudian beliau mengajukan agar buah hatinya, Anas dijadikan pembantu oleh guru manusia yang mengajarkan segala kebaikan. lalu Rasulullah menerimanya sehingga tenang pandangan Ummu Sulaim terhadapnya.
Kemudian ramai orang yang membicarakan Anas bin Malik dan juga ibunya dengan penuh takjub dan rasa bangga. Begitu juga Abu Thalhah yang telah mendengar kabar tersebut sehingga menjadikan hatinya cenderung untuk mencintainya dan takjub. Kemudian dia memberanikan diri melamar Ummu Sulaim dan menyediakan baginya mahar yang tinggi. Akan tetapi, tiba-tiba saja fikirannya menjadi kacau dan lisannya menjadi kelu tatkala Ummu Sulaim menolak dengan kewibawaannya dan dengan berkata: “Sesungguhnya tidak pantas bagiku menikah dengan orang musyrik. Ketahuilah wahai Abu Thalhah bahwa tuhan kalian adalah hasil ukiran orang dari keluarga fulan, dan sesungguhnya seandainya kalian mahu membakarnya maka akan terbakarlah tuhan kalian”.
Abu Thalhah merasa sesak dadanya, kemudian dia berpaling sedangkan dirinya seolah-olah tidak percaya dengan apa yang telah dia lihat dan dengar. Akan tetapi cintanya yang tulus mendorong dia kembali pada hari berikutnya dengan membawa mahar yang lebih banyak, roti maupun susu dengan harapan Ummu Sulaim akan luluh dan menerimanya.
Akan tetapi Ummu Sulaim adalah seorang da`i yang cerdik dan tatkala melihat dunia dihadapannya yang berupa harta, kedudukan dan lelaki yang masih muda, dia merasakan bahwa keterikatan hatinya dengan Islam lebih kuat dari pada seluruh kenikmatan dunia. Beliau berkata dengan sopan: “Orang seperti anda memang tidak pantas ditolak, wahai Abu Thalhah, hanya saja engkau adalah orang kafir sedangkan saya adalah seorang muslimah sehingga tidak baik bagiku menerima lamarnmu”. Abu Thalhah bertanya: “lantas apa yang anda inginkan?”, beliau balik bertanya: “Apa yang saya inginkan?”. Abu Thalhah bertanya: “apakah anda menginginkan emas atau pera?”. Ummu Sulaim berkata: “Sesungguhnya aku tidak menginginkan emas ataupun perak akan tetapi saya menginginkan agar anda masuk Islam”. “Kepada siapa saya harus datang untuk masuk Islam?”, tanya Abu Thalhah. Beliau berkata: “Datanglah kepada Rasulullah untuk itu!”. Maka pergilah Abu Thalhah untuk menemui Nabi yang tatkala itu sedang duduk-duduk bersama para sahabat. Demi melihat kedatangan Abu Thalhah, Rasulullah bersabda:
“Telah datang kepada kalian Abu Thalhah sedang sudah tampak cahaya Islam dikedua matanya”.
Selanjutnya Abu Thalhah menceritakan kepada Nabi tentang apa yang dikatakan oleh Ummu Sulaim, maka da menikahi Ummu Sulaim dengan mahar keislamannya.
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Ummu sulaim berkata:
“Demi Allah! orang yang seperti anda tidak pantas untuk ditolak, hannya saja engkau adalah orang kafir sedangkan aku adalah seorang muslimah sehingga tidak halal untuk menikah denganmu. Jika kamu mau masuk Islam maka itulah mahar bagiku dan aku tidak meminta yang selain dari itu”.
Sungguh ungkapan tersebut mampu menyentuh perasaan yang paling dalam dan mengisi hati Abu Thalhah, sungguh Ummu Sulaim telah bercokol dihatinya secara sempurna, dia bukanlah seorang wanita yang suka bermain-main dan takluk dengan rayuan-rayuan kemewahan, sesungguhnya dia adalah wanita cerdas, dan apakah dia akan mendapatkan yang lebih baik darinya untuk diperistri, atau ibu bagi anak-anaknya?”.
Tanpa terAsa lisan Abu Thalhah mengulang-ulang: “Aku berada diatas apa yang kamu yakini, aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang haq kecuali Allah dan aku bersaksi Muhammad adalah utusan Allah”.
Ummu Sulaim lalu menoleh kepada putranya, Anas dan beliau berkata dengan suka cita karena hidayah Allah yang diberikan kepada Abu Thalhah melalui tangannya: “Wahai Anas! Nikahkanlah aku dengan Abu thalhah”. Kemudian beliaupun dinikahkan dengan Islam sebagai mahar.
Oleh karena itulah Tsabit meriwayatkan hadits dari Anas :
“Aku belum pernah mendengar seorang wanitapun yang paling mulia maharnya dari Ummu Sulaim karena maharnya adalah Islam”.
Ummu Sulaim hidup bersama Abu Thalhah dengan kehidupan suami-istri yang diisi dengan nilai-nilai Islam yang menaungi bagi kehidupan suami istri, dengan kehidupan yang tenang dan penuh kebahagiaan.
Ummu Sulaim adalah profil seorang istri yang menunaikan hak-hak suami isteri dengan sebaik-baiknya, sebagaimana juga contoh terbaik sebagai seorang ibu, seorang pendidik yang utama dan seorang da`iyah.
Begitulah Abu Thalhah mulai memasuki madrasah imaniyah melalui istrinya yang utama yakni Ummu Sulaim sehingga pada gilirannya beliau minum dari mata air nubuwwah hingga menjadi setara dalam hal kemuliaan dengan Ummu Sulaim.
Marilah kita dengarkan penuturan Anas bin Malik yang menceritakan kepada kita bagaimana perlakuan Abu Thalhah terhadap kitabullah dan komitmennya terhadap al-Qur`an sebagai landasan dan kepribadian. Anas bin Malik berkata :
“Abu Thalhah adalah orang yang paling kaya di kalangan Anshar Madinah, adapun harta yang paling disukainya adalah kebun yang berada di masjid, yang biasanya Rasulullah masuk ke dalamnya dan minum air jernih didalamnya. Tatkala turun ayat :
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu nafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (Q,.s. آli’ Imran: 92).
Seketika Abu Thalhah berdiri menghadap Rasulullah dan berkata: “Sesungguhnya Allah telah berfirman di dalam kitab-Nya (yang artinya), “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai.” Dan sesungguhnya harta yang paling aku sukai adalah kebunku, untuk itu aku sedekahkan ia untuk Allah dengan harapan mendapatkan kebaikan dan simpanan di sisi Allah, maka pergunakanlah sesuka kamu, wahai Rasulullah”.
Rasulullah bersabda :
“Bagus …..bagus.. itulah harta yang menguntungkan…. Itulah harta yang paling menguntungkan…..aku telah mendengar apa yang kamu katakan dan aku memutuskan agar engkau sedekahkan kepada kerabat-kerabatmu”.
Maka Abu Thalhah membagi-bagikannya kepada sanak kerabat dan anak-anak dari pamannya.
Allah memuliakan kedua suami-istri ini dengan seorang anak laki-laki sehingga keduanya sangat bergembira dan anak tersebut menjadi penyejuk pandangan bagi keduanya dengan pergaulannya dan tingkah lakunya. Anak tersebut diberi nama Abu ‘Umair. Suatu ketika anak tersebut bermain-main dengan seekor burung lalu burung tersebut mati. Hal itu menjadikan anak tersebut bersedih dan menangis. Pada waktu itu, Rasulullah melewati dirinya maka beliau berkata kepada anak tersebut untuk menghibur dan bermain dengannya: “Wahai Abu Umair! Apa yang dilakukan oleh anak burung pipit itu?”.
Allah berkehendak untuk menguji keduanya dengan keduanya dengan seorang anak yang cakap dan dicintai, suatu ketika Abu Umair sakit sehingga kedua orang tuanya disibukkan olehnya. Sudah menjadi kebiasaan bagi ayahnya apabila kembali dari pasar, pertama kali yang dia kerjakan setelah mengucapkan salam adalah bertanya tentang kesehatan anaknya, dan beliau belum merasa tenang sebelum melihat anaknya.
Suatu ketika Abu Thalhah keluar ke masjid dan bersamaan dengan itu anaknya meninggal. Maka ibu Mu`minah yang sabar ini menghadapi musibah tersebut dengan jiwa yang ridla dan baik. Sang ibu membaringkannya ditempat tidur sambil senantiasa mengulangi kalimat: “Inna lillahi wa inna ilahi raji`un”. Beliau berpesan kepada anggota keluarganya: “Janganlah kalian menceritakan kepada Abu Thalha hingga aku sendiri yang menceritakan kepadanya”.
Ketika Abu Thalhah kembali, Ummu Sulaim mengusap air mata kasih sayangnya, kemudian dengan bersemangat menyambut suaminya dan menjawab pertanyaannya seperti biasanya: “Apa yang dilakukan oleh anakku?”. Beliau menjawab: “dia dalam keadaan tenang”.
Abu Thalhah mengira bahwa anaknya sudah dalam keadaan sehat, sehingga Abu Thalhah bergembira dengan ketenangan dan kesehatannya, dan dia tidak mau mendekat karena khawatir mengganggu ketenangannya. Kemudian Ummu Sulaim mendekati beliau dan mempersiapkan malam baginya, lalu beliau makan dan minum sementara Ummu Sulaim bersolek dengan dandanan lebih cantik daripada hari-hari sebelumnya, beliau mengenakan baju yang paling bagus, berdandan dan memakai wangi-wangian, kemudian keduanyapun berbuat sebagai mana layaknya suami istri.
Tatkala Ummu Sulaim melihat bahwa suaminya sudah kenyang dan mencampurinya serta merasa tenang dengan keadaan anaknya maka beliau memuji Allah karena tidak membuat risau suaminya dan beliau biarkan suaminya terlelap dalam tidurnya.
Tatkala diakhir malam beliau berkata kepada suaminya: “Wahai Abu Thalhah! bagaimana pendapatmu seandainya suatu kaum menitipkan barangnya kepada suatu keluarga kemudian suatu ketika mereka mengambil titipannya tersebut, maka bolehkah bagi keluarga tersebut untuk menolaknya?”. Abu Thalhah menjawab: “Tentu saja tidak boleh”. Kemudian Ummu Sulaim berkata lagi: “Bagaimana pendapatmu jika keluarga tersebut berkeberatan tatkala titipannya diambil setelah dia sudah dapat memanfaatkannya?”. Abu Thalhah berkata: “Berarti mereka tidak adil”. Ummu Sulaim berkata: ”Sesunggguhnya anakmu titipan dari Allah dan Allah telah mengambilnya, maka tabahkanlah hatimu dengan meninggalnya anakmu”.
Abu Thalhah tidak kuasa menahan amarahnya, maka beliau berkata dengan marah: “kau biarkan aku dalam keadaan seperti ini baru kamu kabari tentang anakku?”.
Beliau ulang-ulang kata-kata tersebut hingga beliau mengucapkan kalimat istirja` (Inna lillahi wa inna ilahi raji`un) lalu bertahmid kepada Allah sehingga berangsur-angsur jiwanya menjadi tenang.
Keesokan harinnya beliau pergi menghadap Rasulullah dan mengabarkan kapada Rasulullah tentang apa yang terjadi, kemudian Rasulullah bersabda:
“Semoga Allah memberkahi malam kalian berdua”.
Mulai hari itulah Ummu Sulaim mengandung seorang anak yang akhirnya diberi nama Abdullah. Tatkala Ummu Sulaim melahirkan, beliau utus Anas bin Malik untuk membawanya kepada Rasulullah selanjutnya Anas berkata: “Wahai Rasulullah, bahwasanya Ummu Sulaim melahirkan tadi malam”. Maka Rasulullah mengunyah kurma dan mentahnik bayi tersebut (menggosokan kurma yang telah dikunyah ke langit-langit mulut si bayi). Anas berkata: “Berilah nama baginya, wahai Rasulullah!”. Beliau bersabda: “namanya Abdullah” .
Ubbabah, salah seorang rijal sanad berkata: “Aku melihat dia memiliki tujuh anak yang kesemuanya hafal al-Qur`an”.
Diantara kejadian yang mengesankan pada diri wanita yang utama dan juga suaminya yang mukmin adalah bahwa Allah menurunkan ayat tentang mereka berdua dimana umat manusia dapat beribadah dengan membacanya. Abu Hurairah berkata:
“Telah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah dan berkata: “Sesungguhnya aku dalam keadaan lapar”. Maka Rasulullah menanyakan kepada salah satu istrinya tentang makanan yang ada dirumahnya, namun beliau menjawab: “Demi Dzat Yang mengutusmu dengan haq, aku tidak memiliki apa-apa kecuali hanya air, kemudian beliau bertanya kepada istri yang lain, namun jawabannya tidak berbeda. Seluruhnya menjawab dengan jawaban yang sama. Kemudian Rasulullah bersabda:
“Siapakah yang akan menjamu tamu ini, semoga Allah merahmatinya”.
Maka berdirilah salah seorang Anshar yang namanya Abu Thalhah seraya berkata: “Saya wahai Rasulullah”. Maka dia pergi bersama tamu tadi menuju rumahnya kemudian sahabat Anshar tersebut bertanya kepada istrinya (Ummu Sulaim): “Apakah kamu memiliki makanan?”. Istrinya menjawab: “Tidak punya melainkan makanan untuk anak-anak”. Abu Thalhah berkata: ”Berikanlah minuman kepada mereka dan tidurkanlah mereka. Nanti apabila tamu saya masuk maka akan saya perlihatkan bahwa saya ikut makan, apabila makanan sudah berada di tangan maka berdirilah. Mereka duduk-duduk dan tamu makan hidangan tersebut sementara kedua sumi-istri tersebut bermalam dalam keadaan tidak makan. Keesokan harinya keduanya datang kepada Rasulullah lalu Rasulullah bersabda: “Sungguh Allah takjub (atau tertawa) terhadap fulan dan fulanah”. Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda:
“Sungguh Allah takjub terhadap apa yang kalian berdua lakukan terhadap tamu kalian” .
Di akhir hadits disebutkan: “Maka turunlah ayat (artinya):
“Dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).” (Q,.s. al-Hasyr :9).
Abu Thalhah tidak kuasa menahan rasa gembiranya, maka beliau bersegera memberikan khabar gembira tersebut kepada istrinya sehingga sejuklah pandangan matanya karena Allah menurunkan ayat tentang mereka dalam al-Qur`an yang senantiasa dibaca.
Ummu Sulaim tidak hanya cukup menunaikan tugasnya untuk mendakwahkan Islam dengan penjelasan saja, bahkan beliau antusias untuk turut andil dalam berjihad bersama pahlawan kaum muslimin. Tatkala perang Hunain tampak sekali sikap kepahlawanannya dalam memompa semangat pada dada mujahidin dan mengobati mereka yang luka. Bahkan beliau juga mempersiapkan diri untuk melawan dan menghadapi musuh yang akan menyerangnya. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam shahihnya dan Ibnu Sa`ad di dalam Thabaqat dengan sanad yang shahih bahwa Ummu Sulaim membawa badik (pisau) pada perang Hunain kemudian Abu Thalhah berkata: “Wahai Rasulullah! ini Ummu Sulaim berkata: “Wahai Rasulullah apabila ada orang musyrik yang mendekatiku maka akan robek perutnya dengan badik ini”.
Anas berkata: “Rasulullah berperang bersama Ummu Sulaim dan para Wanita dari kalangan Anshar, apabila berperang, para wanita tersebut memberikan minum kepada mujahidin dan mengobati yang luka”.
Begitulah Ummu Sulaim memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Rasulullah, beliau tidak pernah masuk rumah selain rumah Ummu Sulaim bahkan Rasulullah telah memberi kabar gembira bahwa beliau termasuk ahli surga. Beliau bersabda :
“Aku masuk ke surga, tiba-tiba mendengar sebuah suara, maka aku bertanya: “Siapa itu?”. Mereka berkata: “Dia adalah Rumaisha` binti Malhan ibu dari Anas bin Malik”.
Selamat untukmu wahai Ummu Sulaim, karena anda memang sudah layak mendapatkan itu semua, engkau adalah seorang istri shalihah yang suka menasehati, seorang da`iyah yang bijaksana, seorang pendidik yang sadar sehingga memasukkan anaknya ke dalam madrasah nubuwwah tatkala berumur sepuluh tahun yang pada gilirannya beliau menjadi seorang ulama diantara ulama Islam, selamat untukmu…..selamat untukmu…
Wednesday, 17 June 2009
Risalah Sahabiah - Ummu Sulaim binti Malhan r.a
Tuesday, 16 June 2009
Risalah Tarbiah - BERPISAHNYA ROH DARI JASAD
Dalam sebuah hadith daripada Aisyah r.a katanya, "Aku sedang duduk bersila di dalam rumah. Tiba-tiba Rasulullah S.A.W datang dan masuk sambil memberi salam kepadaku. Aku segera bangun kerana menghormati dan memuliakannya sebagaimana kebiasaanku di waktu baginda masuk ke dalam rumah. Nabi S.A.W bersabda, "Duduklah di tempat duduk, tidak usahlah berdiri, wahai Ummul Mukminin." Maka Rasulullah S.A.W duduk sambil meletakkan kepalanya di pangkuanku, lalu baginda berbaring dan tertidur.
Maka aku hilangkan uban pada janggutnya, dan aku dapati 19 rambut yang sudahpun putih. Maka terfikirlah dalam hatiku dan aku berkata, "Sesungguhnya baginda akan meninggalkan dunia ini sebelum aku sehingga tetaplah satu umat yang ditinggalkan olehnya nabinya." Maka aku menangis sehingga mengalirkan air mataku jatuh menitis pada wajah baginda.
Baginda terbangun dari tidurnya seraya bertanya, "Apakah sebabnya sehingga engkau menangis wahai Ummul Mukminin?" aku ceritakan kisah tadi kepadanya, lalu Rasulullah S.A.W bertanya, "Keadaan bagaimanakah yang hebat bagi mayat?" Kataku, "Tunjukkan wahai Rasulullah!"
Rasulullah S.A.W berkata, "Engkaulah katakan!," Jawab Aisyah r.a : "Tidak ada keadaan lebih hebat bagi mayat ketika keluarnya mayat dari rumahnya di mana anak-anaknya sama-sama bersedih hati di belakangnya. Mereka sama-sama berkata, "Aduhai ayah, aduhai ibu! Ayahnya pula mengatakan: "Aduhai anak!"
Rasulullah S.A.W bertanya lagi: "Itu juga termasuk hebat. Maka, manakah lagi yang lebih hebat daripada itu?" Jawab Aisyah r.a : "Tidak ada hal yang lebih hebat daripada mayat ketika ia diletakkan ke dalam liang lahad dan ditimbuni tanah ke atasnya. Kaum kerabat semuanya kembali. Begitu pula dengan anak-anak dan para kekasihnya semuanya kembali, mereka menyerahkan kepada Allah berserta dengan segala amal perbuatannya." Rasulullah S.A.W bertanya lagi, "Adakah lagi yang lebih hebat daripada itu?" Jawab Aisyah, "Hanya Allah dan Rasul-Nya sahaja yang lebih tahu."
Maka bersabda Rasulullah S.A.W : "Wahai Aisyah, sesungguhnya sehebat-hebat keadaan mayat ialah ketika orang yang memandikan masuk ke rumahnya untuk emmandikannya. Maka keluarlah cincin di masa remaja dari jari-jarinya dan ia melepaskan pakaian pengantin dari badannya. Bagi para pemimpin dan fuqaha, sama melepaskan serban dari kepalanya untuk dimandikan.
Di kala itu rohnya memanggil, ketika ia melihat mayat dalam keadaan telanjang dengan suara yang seluruh makhluk mendengar kecuali jin dan manusia yang tidak mendengar. Maka berkata roh, "Wahai orang yang memandikan, aku minta kepadamu kerana Allah, lepaskanlah pakaianku dengan perlahan-lahan sebab di saat ini aku berehat dari kesakitan sakaratul maut." Dan apabila air disiram maka akan berkata mayat, "Wahai orang yang memandikan akan roh Allah, janganlah engkau menyiram air dalam keadaan yang panas dan janganlah pula dalam keadaan sejuk kerana tubuhku terbakar dari sebab lepasnya roh," Dan jika merea memandikan, maka berkata roh: "Demi Allah, wahai orang yang memandikan, janganlah engkau gosok tubuhku dengan kuat sebab tubuhku luka-luka dengan keluarnya roh."
Apabila telah selesai dari dimandikan dan diletakkan pada kafan serta tempat kedua telapaknya sudah diikat, maka mayat memanggil, "Wahai orang yang memandikanku, janganlah engkau kuat-kuatkan dalam mengafani kepalaku sehingga aku dapat melihat wajah anak-anakku dan kaum keluargaku sebab ini adalah penglihatan terakhirku pada mereka. Adapun pada hari ini aku dipisahkan dari mereka dan aku tidakakan dapat berjumpa lagi sehingga hari kiamat."
Apabila mayat dikeluarkan dari rumah, maka mayat akan menyeru, "Demi Allah, wahai jemaahku, aku telah meninggalkan isteriku menjadi janda, maka janganlah kamu menyakitinya. Anak-anakku telah menjadi yatim, janganlah menyakiti mereka. Sesungguhnya pada hari ini aku akan dikeluarkan dari rumahku dan meninggalkan segala yang kucintai dan aku tidak lagi akan kembali untuk selama-lamanya."
Apabila mayat diletakkan ke dalam keranda, maka berkata lagi mayat, "Demi Allah, wahai jemaahku, janganlah kamu percepatkan aku sehingga aku mendengar suara ahliku, anak-anakku dan kaum keluargaku. Sesungguhnya hari ini ialah hari perpisahanku dengan mereka sehingga hari kiamat."
Sunday, 14 June 2009
RISALAH TARBIAH - KISAH ASAL USUL HAJAR ASWAD
Ketika Nabi Ibrahim a.s bersama anaknya membina Kaabah banyak kekurangan yang dialaminya. Pada mulanya Kaabah itu tidak ada bumbung dan pintu masuk. Nabi Ibrahim a.s bersama Nabi Ismail bertungkus lumus untuk menjayakan pembinaannya dengan mengangkut batu dari berbagai gunung.
Dalam sebuah kisah disebutkan apabila pembinaan Kaabah itu selesai, ternyata Nabi Ibrahim masih merasakan kekurangan sebuah batu lagi untuk diletakkan di Kaabah.
Nabi Ibrahim berkata Nabi Ismail berkata, "Pergilah engkau mencari sebuah batu yang akan aku letakkan sebagai penanda bagi manusia."
Kemudian Nabi Ismail a.s pun pergi dari satu bukit ke satu bukit untuk mencari batu yang baik dan sesuai. Ketika Nabi Ismail a.s sedang mencari batu di sebuah bukit, tiba-tiba datang malaikat Jibril a.s memberikan sebuah batu yang cantik. Nabi Ismail dengan segera membawa batu itu kepada Nabi Ibrahim a.s. Nabi Ibrahim a.s. merasa gembira melihat batu yang sungguh cantik itu, beliau menciumnya beberapa kali. Kemudian Nabi Ibrahim a.s bertanya, "Dari mana kamu dapat batu ini?"
Nabi Ismail berkata, "Batu ini kuterima daripada yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu (Jibril)."
Nabi Ibrahim mencium lagi batu itu dan diikuti oleh Nabi Ismail a.s. Sehingga sekarang Hajar Aswad itu dicium oleh orang-orang yang pergi ke Baitullah. Siapa sahaja yang bertawaf di Kaabah disunnahkan mencium Hajar Aswad. Beratus ribu kaum muslimin berebut ingin mencium Hajar Aswad itu, yang tidak mencium cukuplah dengan memberikan isyarat lambaian tangan sahaja.
Ada riwayat menyatakan bahawa dulunya batu Hajar Aswad itu putih bersih, tetapi akibat dicium oleh setiap orang yang datang menziarahi Kaabah, ia menjadi hitam seperti terdapat sekarang. Wallahu a'alam.
Apabila manusia mencium batu itu maka timbullah perasaan seolah-olah mencium ciuman Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Ingatlah wahai saudara-saudaraku, Hajar Aswad itu merupakan tempat diperkenan doa. Bagi yang ada kelapangan, berdoalah di sana, Insya Allah doanya akan dikabulkan oleh Allah. Jagalah hati kita sewaktu mencium Hajar Aswad supaya tidak menyengutukan Allah, sebab tipu daya syaitan kuat di Tanah Suci Mekah.
Ingatlah kata-kata Khalifah Umar bin Al-Khattab apabila beliau mencium batu itu (Hajar Aswad) : "Aku tahu, sesungguhnya engkau hanyalah batu biasa. Andaikan aku tidak melihat Rasulullah S.A.W menciummu, sudah tentu aku tidak akan melakukan (mencium Hajar Aswad)."
Saturday, 13 June 2009
Risalah Hadith - DUA GOLONGAN YANG AKAN MENJADI PENGHUNI NERAKA
Ertinya:
Daripada Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda, "Ada dua golongan yang akan menjadi penghuni Neraka yang belum lagi aku melihat mereka. Pertama, golongan (penguasa) yang mempunyai cemeti-cemeti bagaikan ekor Iembu yang digunakan untuk memukul orang. Kedua, perempuan yang berpakaian tetapi bertelanjang, berlenggang lenggok waktu berjalan, menghayun-hayunkan bahu. Kepala mereka (sanggul di atas kepala mereka) bagaikan bonggol (goh) unta yang senget. Kedua-dua golongan ini tidak akan masuk syurga dan tidak akan dapat mencium bau wanginya. Sesungguhnya bau wangi syurga itu sudah tercium dari perjalanan yang sangat jauh daripadanya".
H.R. Muslim
Keterangan
Kebenaran sabdaan Rasulullah saw. ini dapat kita lihat dari realiti masyarakat yang ada pada hari ini. Ada golongan yang suka memukul orang dengan cemeti tanpa soal-siasat, bertindak kepada manusia dengan hukum rimba. Dan ramai perempuan-perempuan yang berpakaian tetapi bertelanjang. Maksudnya, kalau kita hendak katakan berpakaian pun boleh, kerana masih ada secarik kain di atas badan, dan kalau kita hendak katakan bertelanjang pun boleh, kerana walau pun berpakaian tetapi hanya dengan secarik kain sahaja, maka samalah dengan bertelanjang. Atau pun ia berpakaian dengan pakaian yang sangat tipis sehingga menampakkan warna kulit dan mencorakkan bentuk aurat. Kemudian berjalan sambil menghayun-hayunkan badan dengan sanggul yang besar, seperti gob unta.
Kedua-dua golongan ini tidak akan masuk ke dalam syurga dan tidak akan dapat mencium bau wanginya, walaupun semerbak wanginya telah tercium dari jarak perjalanan selama 500 tahun sebelum sampai kepadanya.
Risalah Tokoh - AL-QAMAH BIN QAIS (Ahli Fiqh Zaman Tabi’in)
Nama dan Nasab Beliau
Dia adalah Abu Syibil Al-qamah bin Qais bin Abdullah An-Nakha’I Al-Kufi. Dia adalah paman dari Al-Aswad bin Yazid, saudara Abdurrahman, paman dari ahli fiqh dari Irak, Ibrahim An-Nakha’i.
Dia dikenali sebagai ahli fiqh, ulama, qari’ Kufah, imam yang hafizh, dermawan, mujtahid dan terpandang.
Kelahiran Beliau
Al-qamah dilahirkan pada masa kerasulan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan termasuk seorang Mukhadhram. Lalu dia pindah dari Kufah untuk mencari ilmu dan berjihad. Setelah itu beliau menetap di Kufah, berguru kepada Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, sehingga beliau menguasai ilmu dan amal hingga para ulama belajar fiqh darinya dan telah menjadi tokoh terkenal.
Pujian Para Ulama Tentang Beliau
beliau telah belajar al-Qur’an dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu. Selain itu banyak para imam yang belajar darinya, diantaranya Ibrahim dan Asy-Sya’bi. Dia di tawari untuk menjadi imam dan mufti setelah Ali dan Ibnu Mas’ud. Dia juga disejajarkan dengan Ibnu Mas’ud dalam memberikan petunjuk, bimbingan, penjelasan, dan kepribadiannya. Murid-muridnya dan beberapa orang sahabat sering bertanya kepadanya dan belajar fiqh darinya.
Diriwayatkan dari Ibrahim, bahwa dia berkata, “Abdullah bin Mas’ud telah diberi gelaran Al-Qamah Abu Syibil, dan Al-qamah membawa makna mandul dan sehingga tidak mempunyai keturunan”.
Diriwayatkan dari Ibrahim, bahwa Al-Qamah berkata, “Aku tidak hafal, ketika itu aku masih muda, sepertinya aku melihatnya pada kertas atau cebisan kain”.
Ibnu al-Madini berkata, “Tidak ada seorang pun dari kalangan sahabat yang mempunyai sahabat-sahabat yang hafal darinya dan melaksanakan perkataannya dalam fiqh kecuali tiga orang, yaitu Zaid bin Tsabit, Ibnu Mas’ud, dan Ibnu Abbas. Sedangkan orang yang paling tahu tentang Ibnu Mas’ud adalah Al-Qamah, Al-Aswad, Abidah, dan Al-Harits.”
Diriwayatkan dari Umarah bin Umair, beliau berkata, “Abu Ma’mar berkata kepada kami, tunjukkan kepada kami orang yang paling serupa dengan Abdullah dalam petunjuk, penjelasan dan kepribadian !” kami lalu berjalan bersamanya hingga kami duduk dihadapan Al-Qamah.”
Ibrahim meriwayatkan dari Alqamah, bahwa ketika beliau datang ke Syam, lalu beliau telah masuk ke masjid Damaskus, seraya berdoa, “Ya Allah, berilah kami rezki seorang teman yang shalih”. Dia lalu datang dan duduk didepan Abu Ad-Darda’ lantas berkata, “Dari mana kamu?” alqamah menjawab “Dari Kufah”. Abu Ad-Darda’ berkata bagaimana menurutmu ketika kamu mendengar Ibnu Ummu Abd, membaca firman Allah, “Walaili idzaa yaghsyaa”.
Diriwayatkan dari Ibnu Sirin, dia berkata, “Aku mengetahui suatu kaum yang lebih mengunggulkan lima orang, yaitu : orang yang memulai pengnggulannya dengan nama Al Harits Al A’war, maka nama berikutnya adalah Abidah, dan orang yang memulai dengan nama Abidah, maka nama berikutnya adalah Al Harits, lalu Al Qamah yang ketiga. Tidak diragukan lagi, setelah itu Masruq, kemudian Syuraih. Tetapi ada kaum yang lebih mengunggulkan Syuraih daripada yang lain”.
Diriwayatkan dari Muhammad, dbeliau berkata, “Sahabat-sahabat Abdullah ada lima yang semuanya cacat, mereka adalah Abidah yang buta, Masruq yang bungkuk, Alqamah yang pincang, Syuraih yang botak, dan Al Harits yang buta.”
Diriwayatkan dari Alqamah beliau berkata, “Ketika Abdullah diberi minuman, dia berkata, ‘Berikan kepada Alqamah, Masruq dan yang lain’. Mereka kemudian berkata, ‘Aku sedang puasa’, Abdullah berkata (membaca ayat yang artinya), ‘Mereka pada suatu hari yang didalamnya hati dan penglihatan berubah’ (Qs. An-Nur : 37)”.
Ibrahim berkata, “Alqamah menhatamkan al-Qur’an setiap lima hari sekali”.
Diriwayatkan dari Syaqiq, dia berkata, “Ketika Ibnu ziyad melihatku bersama Masruq, dia berkata, ‘Jika kalian pergi maka temuilah aku !’ setelah itu aku menemui Alqamah dan berkata, ‘Kamu tidaka akan mendapatkan apa-apa dari kekayaan dunia mereka kecuali mereka akanmendapatkan dari agamamu sesuatu yang lebih utama darinya’.”
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Yazid, bahwa kami pernah bertanya kepada Alqamah, ‘Bagaimana seandinya kamu ditanya ketika engkau selesai shalat dimasjid lalu kami duduk bersamamu?’ Dia menjawab, ‘Aku sebenarnya tidak suka dipanggil, ‘Ini Alqamah’.’
Diriwayatkan dari Alqamah beliau berkata, “Aku seorang yang diberi oleh Allah suara yang bagus dalam membaca al-Qur’an. Suatu ketika Ibnu Mas’ud datang kepadaku, lalu aku membacakan al-Qur’an kepadanya. Jika aku berhenti membaca, dia berkata, ‘bacalah lagi’.”
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Yazid, bahwa Abdullah berkata, “Aku tidak membaca sesuatu atau mengetahui sesuatu kecuali Alqamah telah membacanya atau mengetahuinya.”
Diriwayatkan dari Qabus bin Abu Dzabyan, dia berkata, “Aku pernah bertanya kepada ayahku, ‘Untuk apa kamu datang menemui alqamah dan memanggil para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ?’ dia menjawab, ‘Aku melihat beberapa orang sahabat Nabi bertanya kepada Alqamah dan meminta fatwa darinya’.”
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Yazid, dia berkata, “Ketika ada yang berkata kepada Ibnu Mas’ud, ‘Alqamah bukanlah orang yang paling bagus bacaannya diantara kami’. Ibnu Mas’ud pun berkata, ‘Tidak, demi Allah, dia Qari’ kalian yang terbaik’.”
Diriwayatkan dari Asy-Sya’bi, beliau berkata, “ika Ahlul Bait diciptakan untuk surga, maka yang termasuk Ahlul Bait adalah Alqamah dan Al Aswad.”
Abu Qais Al Audi berkata, “Aku pernah melihat Ibrahim mengambil unta Alqamah.”
Diriwayatkan dari Alqamah, bahwa dia pernah berwasiat seraya berkata, “Jika ajal menjemputku maka duduklah satu orang disisiku untuk menuntunku membaca laa ilaaha illallah dan bawalah mayatku dengan segera kedalam lubang kuburku, serta jangan beritakan kematianku kepada orang-orang, karena aku takut hal itu akan menimbulkan tangisan seperti tangisan jahiliyah.”
Wafat Beliau
Alqamah meninggal dunia pada tahun 62 Hijriah.
Risalah sahabah - Thalhah bin Ubaidillah Radhiallahu ‘Anhu
Dia adalah putra Utsman al-Qurasyi at-Taimi al-Makki, ayah Muhammad.
Keistimewaannya
Dia termasuk salah seorang dari sepuluh orang yang dijamin masuk surga.
Menurut saya (kata penulis kitab Siyar A’lam an-Nubala’) dia termasuk orang yang pertama kali masuk Islam dan telah banyak berkorban karana Allah, lalu sangup berhijrah. Para ulama sepakat bahwa dia adalah sahabat yang tidak menyertai perang Badar karena ada urusan dagang di negeri Syam, namun telah menyesal. selain itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menyamakannya dengan anak panah kerana pahalanya.
Dalam kitab Al-Jami’ karya Abu Isa diriwayatkan dengan sanad hasan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda dalam perang Uhud, “Jadilah seperti Thalhah!”
Ibn Abu Khalid meriwayatkan dari Qais, ia berkata, “Aku melihat tangan Thalhah, yang digunakan untuk menjaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada waktu perang Uhud, lumpuh.”
Pembelaanya Terhadap Kebenaran dan Kecintaannya Kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
Diriwayatkan dari Jabir, ia berkata, “Pada waktu perang Uhud, banyak orang yang mundur, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hanya dilindungi oleh sepuluh pemuda, salah satunya adalah Thalhah. Ketika mereka bertemu dengan pasukan musyrik, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Siapa yang akan melawan mereka ?’ Thalhah berkata ‘Aku’. Beliau bersabda, ‘Siapa lagi?’ seorang sahabat berkata, ‘Aku’. Kemudian beliau berkata, ‘Kamu’. Setelah itu dia menyerang hingga akhirnya terbunuh. Kemudian beliau menoleh, ternyata pasukan musyrik masih ada, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Siapa yang akan melawan mereka?’ Thalhah menjawab ‘Aku’, Beliau berkata, ‘Kamu lagi!’ Tak lama kemudian sahabat dari kaum Anshar berkata ‘Aku’. Beliau kemudian berkata, ‘Kamu’. Dia pun menyerang, hingga akhirnya terbunuh. Keadaan terus berjalan seperti itu sampai akhirnya yang tersisa hanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan Thalhah. Nabi pun berkata, ‘Siapa yang akan melawan mereka?’ Thalhah menjawab, ‘Aku’. Thalhah pun menyerang, dan dia berhasil membunuh sebelas orang dari pasukan musyrik, dan jari Thalhah terpotong, maka ia menjerit, ‘Aduh’. Mendengar itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Andai kamu menyebut nama Allah maka malaikat akan menolongmu dan manusia menyaksikan’. Akhirnya Allah Ta’ala mengusir pasukan musyrik.
Dalam kitab Shahih Muslim, Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berada di gua Hira bersama Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, dan Zubair, tiba-tiba batu besar bergerak, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Tenanglah, sesungguhnya orang yang berada diatasmu tidak lain adalah Nabi, ash-Shiddiq, dan Syahid’.
Diriwayatkan dari Thalhah bin Yahya, beliau menceritakan kepadaku: Nenekku, Su’da binti Auf al-Mariyah, berkata, “Suatu hari aku bertemu Thalhah saat beliau sedang merintih kesakitan. Aku kemudian berkata, ‘Apa yang terjadi padamu? Apakah ada masalah dengan keluargamu?’ Thalhah menjawab, ‘Demi Allah, tidak ada, kamu adalah sebaik-baik saudari muslim, tetapi wangku telah meresahkanku’. Aku lalu berkata, ‘Apa yang kamu resahkan? Kamu bertanggung jawab atas kaummu’. Thalhah berkata, ‘Wahai para ghulamku (budak), tolong panggilkan kaumku!’ setelah itu dia membaginya kepada mereka. Lalu aku bertanya kepada penjaga, ‘Berapa jumlah yang diberikannya?’ Dia menjawab, ‘Empat ratus ribu’.”
Al-Qamah bin Waqqas al-Laitsi berkata, “Pada waktu Thalhah, Zubair, dan Aisyah keluar untuk menuntut balas kematian Uthman, banyak orang yang menghadang mereka di Dzatu Irqin, karena mereka masih memandang remeh Urwah bin Az-Zubair dan Abu Bakar bin Abdurrahman. Mereka mengusir keduanya. Ketika itu aku melihat Thalhah, sedangkan majelis yang paling disukainya adalah majelis yang kosong. Dia memanjangkan jenggotnya hingga ke dada. Aku lalu berkata, ‘Hai Abu Muhammad, aku melihat bahwa tempat yang paling kamu sukai adalah tempat yang sepi, maka jika kamu tidak suka tempat ini (keramaian ini), tinggalkanlah!’ Thalhah berkata, ‘Wahai Al-Qamah, jangan menghina diriku, kita dahulu satu kesatuan ketika menyerang musuh (orang-orang kafir), tetapi kita sekarang malah menjadi dua gunung besi yang saling memusuhi. Tetapi ada satu perkara berkaitan dengan masalah Utsman yang menurutku kafaratnya hanya bisa ditebus dengan menumpahkan darahku dan membalas kematiannya,”.
Menurut saya (kata penulis kitab Siyar A’lam an-Nubala’), persepsi Thalhah tentang masalah pembunuhan Utsman keliru dan salah faham belaka, berdasarkan ijtihad beliau. Tetapi persepsinya itu berubah pada saat dia menyaksikan pertempuran Uthman, lalu menyesal kerana tidak menolongnya. Thalhah juga orang pertama yang membai’at Ali, dipaksa oleh para pembunuh Utsman, dan dihadirkan hingga akhirnya dia mahu membai’at.
Diriwayatkan dari Qais, ia berkata, “Aku melihat Marwan bin Hakam sedang melepaskan anak panah ke arah Thalhah hingga mengenai lututnya, tetapi dia terus bertempur hingga akhirnya meninggal.”
Menurutku (kata penulis kitab Siyar A’lam an-Nubala’), dosa orang yang membunuh Thalhah sama seperti dosa pembunuh Ali.
Diriwayatkan dari Jabir, bahwa dia mendengar Umar berkata kepada Thalhah, “Mengapa aku melihatmu selalu murung dan sedih semenjak wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Apakah kamu iri kepada kepemimpinan putra pamanmu, yakni Abu Bakar?” Thalhah menjawab, “Aku berlindung kepada Allah, aku sebenarnya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya aku mengetahui satu kalimat yang jika dikatakan oleh orang yang akan meninggal maka rohnya akan berbau wangi saat keluar dari jasadnya, dan roh itu akan bercahaya pada Hari Kiamat’. Sementara itu aku belum menanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentangnya dan beliau tidak memberitahuku tentang hal tersebut. itulah yang membuatku bersedih.” Umar lalu berkata, “Sesungguhnya aku mengetahuinya”. Thalhah bertanya, ‘Alhamdulillah, apa itu?’ Umar berkata, “Kalimat yang pernah diucapkan beliau kepada pamannya.” Thalhah berkata, “Kamu benar”. (kalimat tersebut adalah LAA ILAAHA ILLALLAH)
Wafatnya
Thalhah wafat (terbunuh) pada tahun 36 H, saat berusia sekitar 62 tahun. Jasadnya disemayamkan di daerah Bashrah.
Thalhah mempunyai anak-anak yang soleh, dan yang paling baik dikalangan mereka adalah Muhammad Sajjad, pemuda yang baik, ahli ibadah, dan takwa kepada Allah. Dilahirkan saat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam masih hidup dan wafat pada perang Jamal. Ketika ia meninggal Ali sangat bersedih dan berkata, “Kebaikannya sama dengan kebaikan ayahnya.”
Friday, 12 June 2009
Risalah Teladan - KISAH LIMA PERKARA ANEH
Abu Laits as-Samarqandi adalah seorang ahli fiqh yang masyur. Suatu ketika dia pernah berkata, ayahku menceritakan bahawa antara Nabi-nabi yang bukan Rasul ada menerima wahyu dalam bentuk mimpi dan ada yang hanya mendengar suara.
Maka salah seorang Nabi yang menerima wahyu melalui mimpi itu, pada suatu malam bermimpi diperintahkan yang berbunyi, "Esok engkau dikehendaki keluar dari rumah pada waktu pagi menghala ke barat. Engkau dikehendaki berbuat, pertama; apa yang negkau lihat (hadapi) maka makanlah, kedua; engkau sembunyikan, ketiga; engkau terimalah, keempat; jangan engkau putuskan harapan, yang kelima; larilah engkau daripadanya."
Pada keesokan harinya, Nabi itu pun keluar dari rumahnya menuju ke barat dan kebetulan yang pertama dihadapinya ialah sebuah bukit besar berwarna hitam. Nabi itu kebingungan sambil berkata, "Aku diperintahkan memakan pertama aku hadapi, tapi sungguh aneh sesuatu yang mustahil yang tidak dapat dilaksanakan."
Maka Nabi itu terus berjalan menuju ke bukit itu dengan hasrat untuk memakannya. Ketika dia menghampirinya, tiba-tiba bukit itu mengecilkan diri sehingga menjadi sebesar buku roti. Maka Nabi itu pun mengambilnya lalu disuapkan ke mulutnya. Bila ditelan terasa sungguh manis bagaikan madu. Dia pun mengucapkan syukur 'Alhamdulillah'.
Kemudian Nabi itu meneruskan perjalanannya lalu bertemu pula dengan sebuah mangkuk emas. Dia teringat akan arahan mimpinya supaya disembunyikan, lantas Nabi itu pun menggali sebuah lubang lalu ditanamkan mangkuk emas itu, kemudian ditinggalkannya. Tiba-tiba mangkuk emas itu terkeluar semula. Nabi itu pun menanamkannya semula sehingga tiga kali berturut-turut.
Maka berkatalah Nabi itu, "Aku telah melaksanakan perintahmu." Lalu dia pun meneruskan perjalanannya tanpa disedari oleh Nabi itu yang mangkuk emas itu terkeluar semula dari tempat ia ditanam.
Ketika dia sedang berjalan, tiba-tiba dia ternampak seekor burung helang sedang mengejar seekor burung kecil. Kemudian terdengarlah burung kecil itu berkata, "Wahai Nabi Allah, tolonglah aku."
Mendengar rayuan burung itu, hatinya merasa simpati lalu dia pun mengambil burung itu dan dimasukkan ke dalam bajunya. Melihatkan keadaan itu, lantas burung helang itu pun datang menghampiri Nabi itu sambil berkata, "Wahai Nabi Allah, aku sangat lapar dan aku mengejar burung itu sejak pagi tadi. Oleh itu janganlah engkau patahkan harapanku dari rezekiku."
Nabi itu teringatkan pesanan arahan dalam mimpinya yang keempat, iaitu tidak boleh putuskan harapan. Dia menjadi kebingungan untuk menyelesaikan perkara itu. Akhirnya dia membuat keputusan untuk mengambil pedangnya lalu memotong sedikit daging pehanya dan diberikan kepada helang itu. Setelah mendapat daging itu, helang pun terbang dan burung kecil tadi dilepaskan dari dalam bajunya.
Selepas kejadian itu, Nabi meneruskan perjalannya. Tidak lama kemudian dia bertemu dengan satu bangkai yang amat busuk baunya, maka dia pun bergegas lari dari situ kerana tidak tahan menghidu bau yang menyakitkan hidungnya. Setelah menemui kelima-lima peristiwa itu, maka kembalilah Nabi ke rumahnya. Pada malam itu, Nabi pun berdoa. Dalam doanya dia berkata, "Ya Allah, aku telah pun melaksanakan perintah-Mu sebagaimana yang diberitahu di dalam mimpiku, maka jelaskanlah kepadaku erti semuanya ini."
Dalam mimpi beliau telah diberitahu oleh Allah S.W.T. bahawa, "Yang pertama engkau makan itu ialah marah. Pada mulanya nampak besar seperti bukittetapi pada akhirnya jika bersabar dan dapat mengawal serta menahannya, maka marah itu pun akan menjadi lebih manis daripada madu.
Kedua; semua amal kebaikan (budi), walaupun disembunyikan, maka ia tetap akan nampak jua. Ketiga; jika sudah menerima amanah seseorang, maka janganlah kamu khianat kepadanya. Keempat; jika orang meminta kepadamu, maka usahakanlah untuknya demi membantu kepadanya meskipun kau sendiri berhajat. Kelima; bau yang busuk itu ialah ghibah (menceritakan hal seseorang). Maka larilah dari orang-orang yang sedang duduk berkumpul membuat ghibah."
Saudara-saudaraku, kelima-lima kisah ini hendaklah kita semaikan dalam diri kita, sebab kelima-lima perkara ini sentiasa sahaja berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari. Perkara yang tidak dapat kita elakkan setiap hari ialah mengata hal orang, memang menjadi tabiat seseorang itu suka mengata hal orang lain. Haruslah kita ingat bahawa kata-mengata hal seseorang itu akan menghilangkan pahala kita, sebab ada sebuah hadis mengatakan di akhirat nanti ada seorang hamba Allah akan terkejut melihat pahala yang tidak pernah dikerjakannya. Lalu dia bertanya, "Wahai Allah, sesungguhnya pahala yang Kamu berikan ini tidak pernah aku kerjakan di dunia dulu."
Maka berkata Allah S.W.T., "Ini adalah pahala orang yang mengata-ngata tentang dirimu." Dengan ini haruslah kita sedar bahawa walaupun apa yang kita kata itu memang benar, tetapi kata-mengata itu akan merugikan diri kita sendiri. Oleh kerana itu, hendaklah kita jangan mengata hal orang walaupun ia benar.
Risalah Fadhilat - AL-QUR'AN SEBAGAI PEMBELA DI HARI AKHIRAT
Abu Umamah r.a. berkata : "Rasulullah S.A.W telah menganjurkan supaya kami semua mempelajari Al-Qur'an, setelah itu Rasulullah S.A.W memberitahu tentang kelebihan Al-Qur'an."
Telah bersabda Rasulullah S.A.W : Belajarlah kamu akan Al-Qur'an, di akhirat nanti dia akan datang kepada ahli-ahlinya, yang mana di kala itu orang sangat memerlukannya."
Ia akan datang dalam bentuk seindah-indahnya dan ia bertanya, " Kenalkah kamu kepadaku?" Maka orang yang pernah membaca akan menjawab : "Siapakah kamu?"
Maka berkata Al-Qur'an : "Akulah yang kamu cintai dan kamu sanjung, dan juga telah bangun malam untukku dan kamu juga pernah membacaku di waktu siang hari."
Kemudian berkata orang yang pernah membaca Al-Qur'an itu : "Adakah kamu Al-Qur'an?" Lalu Al-Qur'an mengakui dan menuntun orang yang pernah membaca mengadap Allah S.W.T. Lalu orang itu diberi kerajaan di tangan kanan dan kekal di tangan kirinya, kemudian dia meletakkan mahkota di atas kepalanya.
Pada kedua ayanh dan ibunya pula yang muslim diberi perhiasan yang tidak dapat ditukar dengan dunia walau berlipat ganda, sehingga keduanya bertanya : "Dari manakah kami memperolehi ini semua, pada hal amal kami tidak sampai ini?"
Lalu dijawab : "Kamu diberi ini semua kerana anak kamu telah mempelajari Al-Qur'an."
Thursday, 11 June 2009
Risalah Fadhilat - AYAT KURSI
Dari Anas bin Malik r.a. berkata, "Rasulullah S.A.W bersabda : Apabila seseorang dari umatku membaca ayat Kursi 12 kali, kemudian dia berwuduk dan mengerjakan solat subuh, nescaya Allah akan menjaganya dari kejahatan syaitan dan darjatnya sama dengan orang yang membaca seluruh al-Qur'an sebanyak tiga kali, dan pada hari kiamat ia akan diberi mahkota dari cahaya yang menyinari semua penghuni dunia."
Berkata Anas bin Malik, "Ya Rasulullah, apakah hendak dibaca setiap hari?"
Sabda Rasulullah S.A.W, " Tidak, cukuplah membacanya pada setiap hari Jumaat."
Umat-umat dahulu hanya sedikit sahaja yang mempercayai rasul-rasul mereka dan itu pun apabila mereka melihat mukjizat secara langsung. Kita sebagai umat Islam tidak boleh ragu-ragu tentang apa yang diterangkan oleh Allah dan Rasul. Janganlah kita ragu-ragu tentang al-Qur'an, hadis dan sunnah Rasul kita. Janganlah kita menjadi seperti umat yang terdahulu yang mana mereka itu lebih suka banyak bertanya dan hendak melihat bukti-bukti terlebih dahulu sebelum mereka beriman.
Setiap satu yang dianjurkan oleh Rasulullah S.A.W kepada kita adalah untuk kebaikan kita sendiri. Rasulullah S.A.W menyuruh kita mengamalkan membaca surah Kursi. Kehebatan ayat ini telah ditearngkan dalam banyak hadis. Kehebatan ayat Kursi ini adalah untuk kita juga, yakni untuk menangkis gangguan syaitan dan kuncu-kuncunya di samping itu kita diberi pahala.
Begitu juga dengan surah al-Falaq, surah Yasin dan banyak lagi ayat-ayat al-Qur'an yang mempunyai keistimewaannya. Setiap isi al-Qur'an itu mempunyai kelebihan yang tersendiri. Oleh itu kita umat Islam, janganlah ada sedikit pun keraguan tentang ayat-ayat al-Qur'an, hadis Nabi dan sunnah Baginda S.A.W. Keraguan dan was-was itu datangnya dari syaitan.
Tuesday, 9 June 2009
Risalah sahabiah - Sumayyah binti Khayyat -radhiallaahu 'anha-
Sumayyah binti Khayyat, adalah seorang hamba sahaya dari Abu Hudzaifah bin Mughiroh. Beliau telah dinikahi oleh Yasir, seorang pendatang yang kemudiannya menetap di Mekkah kerana hidup sebatang kara. mereka hidup sedemikian adalah kerana sewaktu itu islam masih lagi baru bertapak di waktu zaman jahiliah.
Sumayyah dan suminya yasir adalah sahabat rasulullah saw, dan tokoh yang kita bicarakan ini hidup dibawah kekuasaan bani mahkzum yaitu sebagai hamba, walaupun begitu mereka adalah pasangan suami isteri yang hidup bersama dalam suasana yang tenteram. Hasil dari pernikahan tersebut, mereka dikurniakan dua orang anak, yaitu ‘Ammar dan Ubaidullah
Tatkala ‘Ammar hampir meningkat dewasa dan sempurna sebagai seorang lelaki beliau telah memeluk agama baru yang didakwahkan oleh Muhammad bin Abdullah shallallâhu 'alaihi wa sallam kepada beliau. ini adalah kerana tertarik dengan keindahan islam dan ajaran yang dibawa oleh baginda nabi saw
Pabila Ammar memeluk agama islam beliau terus kembali ke rumahnya dan menemui kedua orang tuanya dalam keadaan yang merasakan lazatnya iman yang telah terpatri dalam jiwanya beliau menceritakan kejadian yang beliau alami hingga pertemuannya dengan Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam, kemudian menawarkan kepada keduanya untuk mengikuti dakwah yang baru tersebut. Ternyata Yasir dan Sumayyah menyahut dakwah yang penuh berkah tersebut dan bahkan mengumumkan keislamannya sehingga Sumayyah menjadi orang ketujuh yang masuk Islam.
Dari sinilah dimulai sejarah yang agung bagi Sumayyah yang bertepatan dengan permulaan dakwah Islam dan sejak fajar terbit untuk pertama kalinya.
Bani Makhzum mengetahui akan hal demikian, karena ‘Ammar dan keluarganya tidak memungkiri bahwa mereka telah masuk Islam bahkan mengumumkan keislamannya dengan kuat sehingga orang-orang kafir mengetahui lantas menentang dan memusuhi mereka.
Bani Makhzum segera menangkap keluarga Yasir dan menyiksa mereka dengan bermacam-macam siksaan agar mereka keluar dari agama yang dianutinya. Mereka memaksa dengan cara menyeret mereka ke padang pasir tatkala cuaca sangat panas dan menyengat. Mereka membuang Sumayyah ke sebuah tempat dan menaburinya dengan pasir yang sangat panas, kemudian meletakkan diatas dadanya sebongkah batu yang berat, akan tetapi tiada terdengar rintihan ataupun ratapan melainkan ucapan Ahad….Ahad…., beliau ulang-ulang kata tersebut sebagaimana yang diucapkan juga oleh Yasir, ‘Ammar dan Bilal.
Suatu ketika Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam menyaksikan keluarga muslim tersebut yang tengah tersiksa secara kejam, maka beliau menengadahkan tangannya ke langit dan berseru :
“Bersabarlah keluarga Yasir karena sesungguhnya tempat kembali kalian adalah surga”
Sumayyah mendengar seruan Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam, maka beliau bertambah tegar dan optimis dengan kewibawaan imannya. Dia mengulang-ulang dengan berani: “Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah dan aku bersaksi bahwa janjimu adalah benar”.
Sehingga bagi beliau kematian adalah sesuatu yang diingini dalam rangka memperjuangkan aqidahnya. Di hatinya telah dipenuhi kebesaran Allah ‘Azza wa Jalla, maka dia berangapan bawha penderitaan ini adalah suatu yang kecil dan setiap siksaan yang dilakukan oleh para Thaghut yang zhalim ini, tidak kuasa menggeserkan keimanan dan keyakinan mereka sekalipun hanya sebesar zarah.
Sementara Yasir telah mengambil keputusan sebagaimana yang beliau melihat dan mendengar dari istrinya. Sumayyah bersama-sama dengan suaminya telah berazam untuk redha dengan keseksaan ini untuk meraih apa yang telah dijanjikan oleh Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam.
Tatkala para Thaghut telah berputus asa mendengar ucapan yang senantiasa diulang-ulang oleh Sumayyah maka musuh Allah, Abu jahal meneruskan kebiadabannya untuk menyiksa Sumayyah dengan menusukkan sankur yang berada dalam genggamannya ke tubuhnya. Maka terbanglah nyawa sumayyah dari raganya yang penuh dengan keimanan. Dan beliau adalah wanita yang pertama yang syahid dalam Islam. Beliau gugur setelah memberikan contoh yang baik lagi mulia bagi kita dalam hal keberanian dan keimanannya, yang mana beliau telah mengerahkan segala apa yang beliau miliki, dan menganggap remeh kematian dalam rangka memperjuangkan imannya. Beliau telah mengorbankan nyawanya yang mahal dalam rangka meraih keridhaan Rabb-nya. “Dan mendermakan jiwa adalah puncak tertinggi dari kedermawanan”.
(diolah oleh Typerisalah dan diambil dari buku Mengenal Shahabiah Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam dengan sedikit perubahan, penerbit Pustaka AT-TIBYAN)
Monday, 8 June 2009
Risalah Tokoh - Harun Al-Rasyid Bukanlah Khalifah Yang Suka Berfoya-foya!!
Banyak orang yang beranggapan bahwa khalifah Bani ‘Abbas, Harun al-Rasyid adalah seorang yang suka menghuru-harakan keadaan dan berfoya-foya, hidup dalam kehidupan yang penuh dengan kenikmatan dan kesenangan.
Namun sebenarnya, beliau tidaklah demikian. Harun al-Rasyid amat berbeda dari situasi seperti itu sama sekali. Beliau adalah Abu Ja’far, Harun bin al-Mahdi, Muhammad bin al-Manshur, salah seorang khalifah Daulah Bani ‘Abbasiah di Iraq, yang lahir tahun 148 H.
Beliau menjadi khalifah menggantikan kakaknya, al-Hadi pada tahun 170 H. Beliau merupakan khalifah paling baik, dan raja dunia paling agung pada waktu itu. Beliau biasanya menunaikan haji dan berperang dalam setiap tahun. Sekalipun sebagai seorang khalifah, beliau masih sempat solat yang apabila dihitung setiap harinya mencapai seratus rakaat hingga beliau wafat. Beliau tidak meninggalkan hal itu kecuali bila ketika ada keuzuran. Demikian pula, beliau juga biasa bersedekah dari harta pribadinya sendiri setiap hari sebesar 1000 dirham.
Beliau orang yang mencintai ilmu dan para penuntut ilmu, mengagungkan kehormatan Islam dan membenci debat kusir dalam agama dan perkataan yang bertentangan dengan Kitabullah dan as-Sunnah an-Nabawiyyah.
Beliau juga berumrah tahun 179 H di bulan Ramadhan, dan terus dalam berihram hingga beliau melaksanakan kewajiban haji serta berjalan kaki dari Mekkah ke padang Arafah.
Harun al-rashid telah berhasil menguasai kota Hiracle dan menyebarkan pasukannya di bumi Romawi hingga tidak tersisa seorang Muslim pun yang menjadi tawanan kerajaan mereka. Beliau mengirimkan pasukannya yang kemudiannya menaklukkan benteng Cicilia, Malconia dan Cyprus, lalu menawan penduduknya yang berjumlah 16000 orang.
Harun al-Rasyid wafat ketika linkungan umurnya 45 tahun atau 46 tahun dalam peperangan di Khurasan pada tahun 193 H.
Semoga Allah merahmati Harun al-Rasyid.
Saturday, 6 June 2009
Risalah Hadith - SEPULUH TANDA-TANDA KIAMAT YANG BESAR
Hadith nabi saw yang bermaksud :
Daripada Huzaifah bin Asid Al-Ghifari ra. berkata: "Datang kepada kami Rasulullah saw. dan kami pada waktu itu sedang berbincang-bincang. Lalu beliau bersabda: "Apa yang kamu perbincangkan?". Kami menjawab: "Kami sedang berbincang tentang hari qiamat". Lalu Nabi saw. bersabda: "Tidak akan terjadi hari qiamat sehingga kamu melihat sebelumnya sepuluh macam tanda-tandanya". Kemudian beliau menyebutkannya: "Asap, Dajjal, binatang, terbit matahari dari tempat tenggelamnya, turunnya Isa bin Maryam alaihissalam, Ya’juj dan Ma'juj, tiga kali gempa bumi, sekali di timur, sekali di barat dan yang ketiga di Semenanjung Arab yang akhir sekali adalah api yang keluar dari arah negeri Yaman yang akan menghalau manusia kepada Padang Mahsyar mereka".
H.R Muslimi
Keterangan
Sepuluh tanda-tanda qiamat yang disebutkan Rasulullah saw. dalam hadis ini adalah tanda-tanda qiamat yang besar-besar, akan terjadi di saat hampir tibanya hari qiamat. Sepuluh tanda itu ialah:
1)Dukhan (asap) yang akan keluar dan mengakibatkan penyakit yang seperti selsema di kalangan orang-orang yang beriman dan akan mematikan semua orang kafir.
2)Dajjal yang akan membawa fitnah besar yang akan meragut keimanan, hinggakan ramai orang yang akan terpedaya dengan seruannya.
3)Binatang besar yang keluar berhampiran Bukit Shafa di Mekah yang akan bercakap bahawa manusia tidak beriman lagi kepada Allah swt.
4)Matahari akan terbit dari tempat tenggelamnya. Maka pada saat itu Allah swt. tidak lagi menerima iman orang kafir dan tidak menerima taubat daripada orang yang berdosa.
5)Turunnya Nabi Isa alaihissalam ke permukaan bumi ini. Beliau akan mendukung pemerintahan Imam Mahadi yang berdaulat pada masa itu dan beliau akan mematahkan segala salib yang dibuat oleb orang-orang Kristian dan beliau juga yang akan membunuh Dajjal.
6)Keluarnya bangsa Ya'juj dan Ma'juj yang akan membuat kerosakan dipermukaan bumi ini, iaitu apabila mereka berjaya menghancurkan dinding yang dibuat dari besi bercampur tembaga yang telah didirikan oleh Zul Qarnain bersama dengan pembantu-pembantunya pada zaman dahulu.
7)Gempa bumi di Timur.
8)Gempa bumi di Barat.
9)Gempa bumi di Semenanjung Arab.
10)Api besar yang akan menghalau manusia menuju ke Padang Mahsyar. Api itu akan bermula dari arah negeri Yaman.
Mengikut pendapat Imam Ibnu Hajar al-Asqalani di dalam kitab Fathul Bari beliau mengatakan: "Apa yang dapat dirajihkan (pendapat yang terpilih) dari himpunan hadis-hadis Rasulullah Saw. bahawa keluarnya Dajal adalah yang mendahului segala petanda-petanda besar yang mengakibatkan perubahan besar yang berlaku dipermukaan bumi ini. Keadaan itu akan disudahi dengan kematian Nabi Isa alaihissalam (setelah belian turun dari langit). Kemudian terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya adalah permulaan tanda-tanda qiamat yang besar yang akan merosakkan sistem alam cakerawala yang mana kejadian ini akan disudahi dengan terjadinya peristiwa qiamat yang dahsyat itu. Barangkali keluarnya binatang yang disebutkan itu adalah terjadi di hari yang matahari pada waktu itu terbit dari tempat tenggelamnya".
Friday, 5 June 2009
Risalah Tarbiah - Sifat-sifat Mazmumah Kaum Yahudi
Yahudi atau terkenal dengan bangsa atau bani israil sememangnya terkenal dengan kezaliman mereka berkurun lamanya menindas kaum muslimin hatta walau kaum kristian.
Mereka orang-orang Yahudi ini adalah terkenal dengan sifat mazmumah yaitu sombong, angkuh dan keras hati. Mereka tidak akan ‘pernah’ redha dengan umat Islam melainkan segolongan mereka yang memeluk agama islam. Ini berikutan sifat yang tidak puas hati mereka beserta dendam kesumat mereka dalam menhapuskan umat islam.
Sebagaimana dalil-dalil serti erikut :
Al-Quran:
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka (yang telah terpesong itu).” (al-Baqarah: 120)
Hadith:
Daripada Abu Hurairah ra bahawa Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya: “Jika ada sepuluh orang Yahudi beriman dengan ku, tidak akan tinggal di atas bumi seorang Yahudi pun melainkan ia memeluk Islam.” (al-Bukhari dan Ibnu ad-Dhirris)
Huraian
Ahli agama mereka selalu menyembunyikan kebenaran seperti yang disebut dalam al-Quran maksudnya: "Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami berikan al-Kitab mengetahui serta mengenalinya (Nabi Muhammad dan kebenarannya) sebagaimana mereka mengenali anak-anak mereka sendiri.
Dan sesungguhnya sebahagian daripada mereka berusaha menyembunyikan kebenaran itu, sedangkan mereka mengetahui (salahnya perbuatan tersebut)." (al Baqarah: 146)
Dengan perkataan lain, mereka menyembunyikan sifat-sifat Nabi SAW yang ada dalam kitab mereka daripada pengetahuan manusia padahal mereka mengetahui akan hakikatnya.
Begitu juga mereka telah menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Di kalangan orang Yahudi ini ada yang pernah menyihir Nabi SAW bernama Lubaid bin al- A'som dari Bani Zuraiq."
Seorang wanita Yahudi juga pernah mengkhianati Nabi SAW dengan menghidangkan daging kambing beracun. Hingga membunuh sekalipun bukanlah perkara asing dalam sejarah umat Yahudi.
Sejak dahulu lagi bangsa Yahudi tidak pernah mengenal mangsa sama ada bayi, kanak-kanak, remaja, lelaki, wanita walhal Nabi dan Rasul. Mereka akan membunuh siapa sahaja tanpa perasaan belas kasihan dan simpati.
Contohnya Nabi Zakaria dan Nabi Yahya telah dibunuh oleh mereka dan mereka juga menyangka bahawa mereka telah berjaya membunuh Nabi Isa. Tetapi sebenarnya tidak.
Betapa sungguh zalim dan keji sifat Bani Israel ini. Allah SWT telah berfirman yang bermaksud: “Orang-orang kafir Yahudi dari Bani Israel telah dilaknat (di dalam kitab Zabur dan Injil) melalui lidah Nabi Daud dan Nabi Isa ibni Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka ‘menderhaka’ dan ‘selalu menceroboh.’ ” (al-Maidah :78)
Wednesday, 3 June 2009
Risalah Tauladan - JIBRIL DAN MALAIKAT MIKAIL MENANGIS
Dalam sebuah kitab karangan Imam al-Ghazali menyebutkan bahawa iblis itu sesungguhnya namanya disebut sebagai al-Abid (ahli ibadah) pada langit yang pertama, pada langit yang keduanya disebut az-Zahid. Pada langit ketiga, namanya disebut al-Arif. Pada langit keempat, namanya adalah al-Wali. Pada langit kelima, namanya disebut at-Taqi. Pada langit keenam namanya disebut al-Kazin. Pada langit ketujuh namanya disebut Azazil manakala dalam Luh Mahfudz, namanya ialah iblis.
Dia (iblis) lupa akibat urusannya. Maka Allah S.W.T telah memerintahkannya sujud kepada Adam. Lalu iblis berkata, "Adakah Engkau mengutamakannya daripada aku, sedangkan aku lebih baik daripadanya. Engkau jadikan aku daripada api dan Engkau jadikan Adam daripada tanah."
Lalu Allah S.W.T berfirman yang maksudnya, "Aku membuat apa yang aku kehendaki." Oleh kerana iblis memandang dirinya penuh keagungan, maka dia enggan sujud kepada Adam A.S kerana bangga dan sombong.
Dia berdiri tegak sampai saatnya malaikat bersujud dalam waktu yang berlalu. Ketika para malaikat mengangkat kepala mereka, mereka mendapati iblis tidak sujud sedang mereka telah selesai sujud. Maka para malaikat bersujud lagi bagi kali kedua kerana bersyukur, tetapi iblis tetap angkuh dan enggan sujud. Dia berdiri tegak dan memaling dari para malaikat yang sedang bersujud. Dia tidak ingin mengikut mereka dan tidak pula dia merasa menyesal atas keengganannya.
Kemudian Allah S.W.T merubahkan mukanya pada asalnya yang sangat indah cemerlangan kepada bentuk seperti babi hutan. Allah S.W.T membentukkan kepalanya seperti kepala unta, dadanya seperti daging yang menonjol di atas punggung, wajah yang ada di antara dada dan kepala itu seperti wajah kera, kedua matanya terbelah pada sepanjang permukaan wajahnya. Lubang hidungnya terbuka seperti cerek tukang bekam, kedua bibirnya seperti bibir lembu, taringnya keluar seperti taring babi hutan dan janggut terdapat sebanyak tujuh helai.
Setelah itu, lalu Allah mengusirnya dari syurga, bahkan dari langit, dari bumi dan ke beberapa jazirah. Dia tidak akan masuk ke bumi melainkan dengan cara sembunyi. Allah S.W.T melaknatinya sehingga ke hari kiamat kerana dia menjadi kafir. Walaupun iblis itu pada sebelumnya sangat indah cemerlang rupanya, mempunyai sayap emapt, banyak ilmu, banyak ibadah serta menjadi kebanggan para malaikat dan pemukanya, dan dia juga pemimpin para malaikat karubiyin dan banyak lagi, tetapi semua itu tidak menjadi jaminan sama sekali baginya.
Ketika Allah S.W.T membalas tipu daya iblis, maka menangislah Jibril A.S dan Mikail. Lalu Allah S.W.T berfirman yang bermaksud, "Apakah yang membuat kamu menangis?" Lalu mereka menjawab, "Ya Allah! Kami tidaklah aman dari tipu dayamu."
Firman Allah bagi bermaksud, "Begitulah aku. Jadilah engkau berdua tidak aman dari tipu dayaku."
Setelah diusir, maka iblis pun berkata, "Ya Tuhanku, Engkau telah mengusir aku dari Syurga disebabkan Adam, dan aku tidak menguasainya melainkan dengan penguasaan-Mu."
Lalu Allah berfirman yang bermaksud, "Engkau dikuasakan atas dia, yakni atas anak cucunya, sebab para nabi adalah maksum."
Berkata lagi iblis, "Tambahkanlah lagi untukku." Allah berfirman yang maksudnya, "Tidak akan dilahirkan seorang anak baginya kecuali tentu dilahirkan untukmu dua padanya."
Berkata iblis lagi, "Tambahkanlah lagi untukku." Lalu Allah berfirman dengan maksud, "Dada-dada mereka adalah rumahmu, engkau berjalan di sana sejalan dengan peredaran darah."
Berkata iblis lagi, "Tambahkanlah lagi untukku." Maka Allah berfirman lagi yang bermaksud, "Dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukan yang berjalan kaki, ertinya mintalah tolong menghadapi mereka dengan pembantu-pembantumu, baik yang naik kuda mahupun yang berjalan kaki. Dan berserikatlah dengan mereka pada harta, iaitu mendorong mereka mengusahakannya dan mengarahkannya ke dalam haram."
"Dan pada anak-anak, iaitu dengan menganjurkan mereka dalam membuat perantara mendapat anak dengan cara yang dilarang, seperti melakukan senggama dalam masa haid, berbuat perkara-perkara syirik mengenai anak-anak itu dengan memberi nama mereka Abdul Uzza, menyesatkan mereka dengan cara mendorong ke arah agama yang batil, mata pencarian yang tercela dan perbuatan-perbuatan yang jahat dan berjanjilah mereka." (Hal ini ada disebutkan dalamsurah al-Isra ayat 64 yang bermaksud : "Gerakkanlah orang yang engkau kuasai di antara mereka dengan suara engkau dan kerahkanlah kepada mereka tentera engkau yang berkuda dan yang berjalan kaki dan serikanlah mereka pada harta dan anak-anak dan berjanjilah kepada mereka. Tak ada yang dijanjikan iblis kepada mereka melainkan (semata-mata) tipuan."
Tuesday, 2 June 2009
Risalah Hadith - MASA AKAN MENJADI SINGKAT
Nabi saw telah bersabda yang bermaksud :
Daripada Anas bin Malik r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda; "Tidak akan terjadi qiamat sehingga masa menjadi singkat maka setahun dirasakan seperti sebulan dan sebulan dirasakan seperti seminggu dan seminggu dirasakan seperti sehari dan sehari dirasakan seperti satu jam dan satu jam dirasakan seperti satu petikan api".
H.R.Termizi
Keterangan
Masa akan berlalu begitu cepat. Belum sempat berbuat sesuatu, tiba-tiba masa sudah terlalu larut, sehingga banyak perkara yang belum dapat diselesaikan. Kita seakan-akan sibuk, tetapi kita tidak faham apa yang disibukkan. Kita diburu masa dan ia berlalu dengan tiada ada perkara yang dapat kita selesaikan. Inilah yang dimaksudkan dengan singkatnya masa.
Menurut Irnam al-Karmani, yang dimaksudkan dengan singkatnya masa ini ialah dicabut keberkatan daripadanya. Mcmang benar apa yang dikatakan oleh Imam al-Karmani itu, dahulunya kita merasakan dalam sehari banyak perkara yang dapat kita laksanakan, tetapi sekarang dalam sehari yang sama hanya sedikit perkara-perkara yang dapat kita laksanakan. Ini adalah satu petanda hampirnya qiamat.
Monday, 1 June 2009
RISALAH TARBIAH - DUNIA ISLAM MENJADI SASARAN PEMUSNAHAN
Sabda nabi SAW yang bermaksud :Daripada Ummul Mu'minin , Zainab binti Jahsy (isteri Rasulullah saw.) ,beliau berkata," (Pada suatu hari) Rasulullah saw. masuk ke dalam rumahnya dengan keadaan cernas sambil bersabda, La ilaha illallah, celaka (binasa) bagi bangsa Arab dari kejahatan (malapetaka) yang sudah hampir menimpa mereka. Pada hari ini telah terbuka dari dinding Ya'juj dan Ma'juj seperti ini", dan Baginda menemukan ujung jari dan ujung jari yang sebe!ahnya (jari telunjuk) yang dengan itu mengisyararkan seperti bulatan. Saya (Zainab binti Jahsy) lalu bertanya: "Ya Rasulullah! Apakah kami akan binasa sedangkan dikalangan kami masih ada orangorang yang shaleh?" Lalu Nabi saw. bersabda "Ya, jikalau kejahatan sudah terlalu banyak".
H.R. Bukhari Muslimi
Keterangan
Hadis di atas rnenerangkan bahawa apabila di suatu tempat atau negeri sudah terlarnpau banyak kejahatan, kemungkaran dan kefasiqan, maka kebinasaan akan menimpa semua orang yang berada di tempat itu. Tidak hanya kepada orang jahat sahaja, tetapi orang-orang yang shaleh juga akan dibinasakan, walaupun masing-masing pada hari qiamat akan diperhitungkan mengikut amalan yang telah dilakukan.
Oleh itu, segala macam kemungkaran dan kefasiqan hendaklah segera dibasmikan dan segala kemaksiatan hendaklah segera dimusnahkan, supaya tidak terjadi malapetaka yang bukan sahaja akan menimpa orang-orang yang melakukan kemungkaran dan kejahatan tersebut, tetapi ianya menimpa semua penduduk yang berada di tempat itu.
Dalarn hadis di atas, walaupun disebutkan secara khusus tentang bangsa Arab tetapi yang dimaksudkan adalah seluruh bangsa yang ada di dunia ini. Tujuan disebutkan bangsa Arab secara khusus adalah kerana Nabi kita saw. sendiri dari kalangan mereka, dan yang menerima Islam pada masa permulaan penyebarannya adalah kebanyakannya dari kalangan bangsa Arab dan sedikit sekali dari bangsa yang lain . Begitu pula halnya dalam masalah yang berkaitan dengan maju-mundurnya Umat Islam adalah banyak bergantung kepada maju-mundurnya bangsa Arab itu sendiri. Selain daripada itu, bahasa rasmi Islam adalah bahasa Arab.
Kemudian Ya'juj dan Ma'juj pula adalah dua bangsa (dari keturunan Nabi Adam as.) yang dahulunya banyak membuat kerosakan di permukaan bumi ini, lalu batas daerah dan kediaman mereka ditutup oleh Zul Qarnain dan pengikut-pengikutnya dengan campuran besi dan tembaga, maka dengan itu mereka tidak dapat keluar, sehinggalah hampir tibanya hari qiamat. Maka pada masa itu dinding yang kuat tadi akan hancur dan keluarlah kedua-dua bangsa ini dari kediaman mereka lalu kembali membuat kerosakan dipermukaan bumi ini. Apabila ini telah terjadi, ia menandakan bahawa hari qiamat sudah dekat sekali tibanya.
Risalah Sahabah - PENDERITAAN YANG DIALAMI OLEH ABU HURAIRAH
Pada suatu hari Abu Hurairah sedang membersihkan hidungnya dengan sehelai sapu tangan yang cantik. Terlihat akan sapu tangan itu beliau terkenang dan kemudiannya beliau bercakap seorang diri.
"Ah, lihat akan Abu Hurairah, dia membersihkan hidungnya dengan sehelai sapu tangan yang cantik. Teringat aku semasa aku biasanya berbaring di antara mimbar dengan rumah Nabi. Orang menyangka aku menghidap penyakit sawan. Tetapi sebenarnya aku sedang menderita kelaparan."
Abu Hurairah mengalami kelaparan selama beberapa hari. Kadang-kadang kelaparan yang dihadapinya begitu dahsyat hingga ia jatuh pengsan. Orang yang melihat keadaannya menyangka ia terkena penyakit sawan.
Pada masa itu penderita-penderita penyakit sawan diubati dengan meletakkan kaki di lehernya. Penderitaan Abu Hurairah ini berlaku semasa Islam mula bertapak di Tanah Arab. Apabila Islam telah tersebar dengan luasnya, keadaan hidupnya agak mewah sedikit.
Dia merupakan seorang yang sangat warak dan suka menunaikan sembahyang-sembahyang nafilah. Dia mempunyai sebuah uncang yang penuh dengan biji-biji buah tamar yang digunakan untuk berzikir. Di rumahnya sentiasa terdapat orang yang sibuk bersembahyang.