Friday 3 April 2009

RISALAH ATTAUJEH - TASYABUH DALAM BERPAKAIAN



Sebuah riwayat hadith didalam Sahih Muslim yang disampaikan sanadnya hinga kepada Abu osman An Nahdi, dia berkata, "Umar r.a pernah mengirim surat kepada kami di Azerbaijan yang isinya: ‘Wahai Utbah bin Farqad! Jabatan itu bukan hasil jerih payahmu dan bukan pula jerih payah ayah dan ibumu. Karena itu kenyangkanlah kaum muslimin di negeri mereka dengan apa yang mengenyangkan di rumahmu , hindarilah bermewah-mewah, memakai pakaian ahli syirik dan memakai sutera."

Dalam Musnad Ali bin Ja’ad ada tambahan, "…pakailah sarung, rida’ (jubah), dan sandal serta buanglah selop dan celana panjang… pakailah pakaian bapa kalian Ismail, hindarilah bernikmat-nikmat dan hindarilah pakaian orang-orang asing." (Riwayat Ali bin Ja’ad dan Abu Uwanah dengan sanad shahih).

Waki’ dan Hanad meriwayatkan ucapan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu di dalam Az Zuhd, beliau berkata, "Pakaian tidak akan serupa hingga hati menjadi serupa." (Sanadnya dha’if).

Ucapan beliau ini diambil dari sabda Rasulullah s.a.w (yang artinya), "Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum itu." (HSR Abu Dawud, Ahmad, dan selainnya).

Dari sinilah Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu memerintahkan rakyatnya agar membuang selop dan celana panjang serta memerintahkan mereka mengenakan pakaian yang biasa dikenakan orang Arab, yaitu dengan tujuan memlihara kepribadian mereka agar jangan condong kepada orang-orang ‘ajam.

Perbuatan tasyabuh (dalam hal pakaian) yang dilakukan oleh umat ini kepada musuh-musuhnya merupakan tanda lemahnya iltizam dan akhlak mereka. Mereka telah ditimpa penyakit runsing dan bimbang. Perjalanan mereka yang pincang seperti benda padat yang telah dicairi, dan dileburkan dalam pelbagai bentuk di setiap waktu. Walau bagaimanpun tasyabuh ini merupakan penyakit yang jelek. Perumpamaannya seperti seorang yang menisbahkan dirinya kepada orang lain selain ayahnya. Mereka tidak menyukai oleh umat yang melahirkan mereka, dan tidak pula diakui oleh umat yang mereka tiru itu malah dipandang hina.

Di sini mungkin timbul persoalan dimanakah para ulama dalam membenteras gejala ini. jawapannya, mereka sememangnya telah berusaha keras dalam memberikan didikan dan menyeru manusia kembali kepada konsep yang betul tetapi semakin ramai pula orang-orang yang membidas mereka dan cuba memputar belitkan hal ini. Dimankah pakaian yang dibanga-bangakan dahulu , malangnya pakain barat diangap lebih segak dan cantik dipakai. Wanita dan lelaki dizaman ini lebih gemar berpakaian barat dan memandang rendah pada pakain islam yang diangap lapuk.

0 comments:

Post a Comment

 

Type Risalah Copyright © 2008 Art Template by Rois's Blogger Template